Kamis, 17 Mei 2012

 Pengetahuan Pelaku Usaha Terhadap Perizinan Masih Rendah
 
ILUSTRASI
HEADLINE NEWS, JAKARTA - The Asia Foundation merilis laporan tentang pengetahuan pelaku usaha dalam mekanisme penanganan pengaduan perizinan usaha. Hasilnya, pengetahuan pelaku usaha terhadap perizinan usaha masih rendah.

Research and Development Manager Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Sigit Murwito menjelaskan dari 20 daerah kota atau kabupaten yang disurvei ternyata sudah ada 17 daerah yang sudah menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) atau Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA). "Tapi pelaku usaha di daerah masing-masing ternyata malah tidak tahu atas layanan itu," kata Sigit selepas konferensi pers di kantor The Asia Foundation Jakarta, Rabu (16/5/2012).

Dalam laporan tersebut, mayoritas pelaku usaha ternyata tidak mengetahui ada layanan PTSP atau PTSA di daerah masing-masing. Begitu juga dengan pengetahuan mekanisme pengaduan PTSP atau PTSA. Pengetahuan masyarakat terhadap layanan PTSP atau PTSA cenderung kurang dari 50 persen, kecuali kota Banda Aceh, Barru dan Luwu Utara di Sulawesi Selatan serta kabupaten dan kota Probolinggo.

Daerah tersebut terbukti telah memiliki pengetahuan mekanisme pengaduan perizinan setidaknya 50 persen. "Ini membuktikan ada masalah dalam penanganan perizinan usaha, sehingga masyarakat atau pelaku usaha pun tidak tahu dalam mengurus perizinan usaha," tambahnya.

Di sisi lain, kualitas perizinan usaha bagi pelaku usaha juga masih rendah. Bahkan diperlukan lebih dari tiga hari untuk pengurusan izin tersebut. "Kecuali di Tulungagung, Jawa Timur dan Luwu serta Luwu Utara di Sulawesi Selatan yang bisa memberikan proses perizinan usaha lebih cepat dari standar nasional," tambahnya.

Dengan proses perizinan yang baik, maka hasilnya adalah kepemilikan izin usaha yang tinggi. Namun, kata Sigit, masih banyak daerah yang lebih dari 50 persen pengusahanya tidak memiliki izin usaha. Artinya, pengusaha lokal mayoritas tidak memiliki perlindungan hukum karena tidak memiliki izin usaha resmi. "Mengapa izin usaha sulit diperoleh, karena mereka juga tidak pernah tahu di mana mengurus izin usahanya, meski masih ada pungli dan kolusi," jelasnya.

Rabu, 16 Mei 2012

Gusti: Produk RI Inovatif Tapi Tak Nasionalis

"Saya lihat sekarang banyak produk-produk dalam negeri yang menggunakan nama negara lain."

Menteri Riset dan Teknologi, Gusti M Hatta
HEADLINE NEWS  - Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta menilai, Indonesia harus tetap mencintai dan bangga terhadap produk-produk dalam negeri. Banyak produk Indonesia yang inovatif, namun tidak nasionalis.

Guru besar Universitas Lambung Mangkurat ini menyatakan bahwa ia tidak akan bosan untuk terus mengampanyekan cinta terhadap produk dalam negeri. 

"Karena saya lihat, sekarang banyak produk-produk dalam negeri yang menggunakan nama negara lain, contohnya Pepaya California. Dengan memberi nama negara lain tersebut, memang inovatif tapi tidak nasionalis. Yang benar adalah inovatif dan tetap nasionalis," kata Gusti dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, Rabu 16 Mei 2012.

Gusti menjelaskan, Indonesia harus menjadikan inovasi sebagai urat nadi kehidupan bangsa Indonesia. Abad ke-21 yang merupakan era keunggulan, menuntut pentingnya peran perguruan tinggi yang merupakan rumah ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari perguruan tinggi inilah, kata dia, pemerintah berharap bisa menjadi tempat lahir dan berkembangnya Iptek serta tempat melahirkan generasi yang inovatif.

Indonesia, ujar Gusti, sebetulnya telah menjadi masyarakat madani. Sejatinya, masyarakat madani merupakan kalangan yang menjadi harapan setiap bangsa, dan memiliki kemandirian yang tinggi serta keterikatan dengan norma hukum dan budaya yang kuat, maju serta modern.  

"Untuk memahami perspektif masyarakat madani tersebut, kita selaku insan Iptek tidak akan terlepas dari teknologi dan inovasi. Dan dari pengalaman berbagai bangsa menunjukkan bahwa bangsa yang maju dan modern dengan kamandirian yang tinggi sangat ditentukan oleh kemampuan penguasaan terhadap iptek dan inovasinya," tuturnya.

Selasa, 15 Mei 2012

Unilever Catatkan Omzet Rp23,5 Triliun di Kuartal I
Unilever. (Foto: Unilever)
JAKARTA - Unilever, induk usaha PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan peningkatan omzet sebesar 16,5 persen menjadi Rp23,5 triliun. Sementara laba operasi naik 27,3 persen dan laba bersih naik 17,8 persen.

“Kami awali 2012 dengan baik di kuartal pertama," kata Executive Vice President Unilever untuk Asia tenggara dan Australia Peter Kulve dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/5/2012).

Dia mengungkapkan, sejalan dengan investasi yang ditanamkan, perkembangan bisnis Unilever menunjukan kinerja yang baik selama 2011 dan kuartal pertama 2012. Pada tahun 2011, perusahaan ini berhasil mencapai omzet sebesar Rp23,5 triliun atau naik 19,2 persen dari tahun 2010.

Laba operasi pada tahun 2011 pun naik 20,1 persen menjadi Rp5,4 triliun, dan laba bersih naik menjadi 4,2 triliun atau meningkat 22,9 persen dari tahun sebelumnya. "Selama 2011 perseroaan juga mendistrisibusikan dividen sebesar Rp4,5 triliun atau naik 48,9persen dari tahun 2011,” tambah Kulve.

“Bagi kami satu-satunya cara untuk terus berkembang di Indonesia maupun di seluruh dunia dalah dengan cara yang sustainable, kami berambisi untuk meningkatkan bisnis kami dua kali lipat di tahun 2020," tutup Peter.

Sabtu, 12 Mei 2012

 Gas Lapangan Terang ENRG Mulai Ada Titik Terang
 Logo Energi Mega Persada. (Foto: Energi Mega Persada)

Logo Energi Mega Persada.
 JAKARTA - Proyek pengembangan gas di Lapangan Terang yang dioperasikan Kangean Energy Indonesia menunjukkan kemajuan. Di ujung menara suar gas di atas kapal Floating Production Unit (FPU) telah mengeluarkan nyala api.

"Pencapaian ini membawa project pengembangan gas Terang, di blok Kangean PSC, satu langkah lagi lebih dekat kepada tujuannya yaitu menyalurkan 300 juta kaki kubik gas per hari ke Jawa Timur," ujar Direktur Utama PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) Imam Agustino, dalam keterangan tertulisnya kepada Okezone, Sabtu (12/5/2012).

Blok Kangean PSC yang terletak di Jawa Timur ini, dimiliki 50 persen secara tidak langsung oleh ENRG, 25 persen oleh Mitsubishi Corporation (Jepang), dan 25 persen oleh JAPEX (Jepang). Blok Kangean PSC ini memiliki jumlah cadangan terbukti dan terukur sebesar 9,6 juta barel minyak dan 1,3 triliun kaki kubik gas per 31 Desember 2011.

"Volume gas dari lapangan Terang di blok Kangean PSC akan mendominasi volume produksi perusahaan dalam 24 bulan ke depan," lanjut dia.

Jumat, 11 Mei 2012

 BI Rate Bisa Turun lagi Jika Rupiah Menguat
 
 ILUSTRASI
JAKARTA- Bank Indonesia mempertahankan suku bunga BI ratenya pada 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur, Kamis (10/5/2012). Keputusan BI ini direspon positif oleh pasar saham Indonesia walaupun beberapa bursa utama Asia melemah akibat sentimen negatif global terkait isu Uni Eropa.

"Kami perkirakan BI rate masih bisa turun 25-50 bps hingga akhir tahun 2012 jika tren nilai tukar rupiah menuju penguatan," kata analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat (11/5/2012).

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menyampaikan paket kebijakan penghematan BBM pada 23 Mei mendatang. Paket kebijakan ini, menurut Lana, mengindikasikan kecil kemungkinan pemerintah menaikkan harga BBM subsidinya, dan lebih mengutamakan pengendalian konsumsi.

Maka, kebijakan ini mensinyalkan ekspektasi inflasi akan melemah dan sehingga ada ruang BI untuk menurunkan suku bunga BI ratenya kemungkinan pada awal triwulan ke-4 mendatang pasca musim inflasi tinggi di triwulan ke-3.

Kamis, 10 Mei 2012

 Garuda Indonesia Kerja Sama dengan China Airlines
 Kerja sama Garuda indonesia dan china airlines di Nusa Dua, Bali
NUSA DUA — Garuda Indonesia melakukan kerja sama dengan China Airlines di Laguna Hotel, Nusa Dua, Bali, Kamis (10/5/2012) malam ini.
Acara itu dihadiri Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar dan Presiden China Airlines Huang-Hsiang Sun sekaligus menandatangani kerja sama.
Penandatanganan berlangsung bersamaan Indonesia-China Summit yang digelar untuk keempat kalinya. Kerja sama ini guna meningkatkan jaringan, baik di bidang penerbangan, kargo, maupun simulator.
"Bagi Garuda ini baik. Kami bisa mentransfer penumpang ke Taipei dengan maskapai China Airlines," kata Emirsyah, seusai tanda tangan.
Hsiang Sun pun menyambut baik kerja sama ini. Ia berharap bisa memicu perkembangan perusahaannya agar lebih baik.
China Airlines maskapai penerbangan terbesar di Taiwan dan masuk menjadi anggota Skyteam pada 2011. Maskapai ini juga masuk jasa kargo delapan besar terbaik di dunia.
Tahun lalu, Garuda Indonesia mencatat ada 35.700 penumpang dengan nilai 7 juta dollar AS dan 18 juta ton kargo ke Taipei. Diharakan, tahun depan bisa meningkat 10 persen dengan adanya kerja sama ini.
Penerbangan perdana akan dilakukan pada 24 Mei mendatang dari Jakarta ke Taipei.

Rabu, 09 Mei 2012

Kemajuan Ekonomi RI Bukan karena Inovasi
 
 ILUSTRASI
JAKARTA — Kemajuan ekonomi Indonesia cukup diakui di kancah internasional. Ironisnya, kemajuan ekonomi itu masih bertumpu pada sumber daya alam, belum bersumber pada inovasi.

Wakil Presiden Boediono saat peringatan Hari Kekayaan Intelektual Sedunia Ke-12, Selasa (8/5/2012), di Kantor Wakil Presiden, menegaskan bahwa Indonesia adalah anggota penuh forum terhormat G-20, kelompok negara yang sangat memengaruhi ekonomi dunia dari ratusan negara. Ini tentu membanggakan.

”Namun, yang memprihatinkan, kita berada di peringkat ke-20 dalam forum G-20. Ini berarti sumber kemajuan ekonomi kita belum bertumpu pada inovasi,” kata Boediono.

Wapres Boediono memerinci, jumlah paten internasional yang didaftarkan Indonesia hingga 2009 hanya enam buah. Jauh di bawah Amerika Serikat di peringkat pertama, disusul Jepang, yang jumlah patennya mencapai puluhan ribu. Dalam hal pendaftaran logo industri (trademark), Indonesia juga tertinggal jauh, hanya 15 buah. China memiliki 84.000 logo, Thailand 386 logo, Malaysia 513 logo, dan Filipina 54 logo.

Sumber kemajuan ekonomi Indonesia, menurut Boediono, masih bertumpu pada kekayaan sumber daya alam. Padahal, sumber kekayaan alam ini bisa menjadi ”kutukan” jika terus dieksploitasi, tanpa ada inovasi yang mengandalkan kemampuan sumber daya manusia. ”Dalam ’teori kutukan sumber daya alam’, mereka yang dikaruniai sumber daya alam melimpah justru menjadi bangsa yang tidak maju-maju kalau tidak hati-hati mengelolanya. Sumber daya alam yang melimpah cenderung membuat manusia agak santai dan malas karena tinggal diambil dan dijual,” katanya.

Menurut dia,  Indonesia sudah saatnya mampu mentransformasikan sumber daya alam itu menjadi kemampuan inovasi dan kreativitas sumber daya manusia. Wapres mencontohkan Norwegia yang memiliki kekayaan alam melimpah, tetapi tetap rasional dalam pemanfaatannya. Mereka menyisihkan sebagian kekayaan alamnya untuk pembangunan pada masa depan.
Produk mineral diatur
Sinyalemen Wapres Boediono, pertumbuhan ekonomi RI lebih didorong karena eksploitasi sumber daya alam tanpa adanya inovasi, terlihat dari data ekspor Badan Pusat Statistik (BPS) Senin lalu. Ekspor bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, bijih, kerak dan abu logam, serta tembaga mendominasi 10 besar produk ekspor Indonesia.

Laporan BPS menyebutkan, total nilai ekspor sepanjang triwulan I-2012 mencapai 48,5 miliar dollar AS, naik 6,93 persen daripada nilai ekspor pada triwulan I-2011 sebesar 45,38 miliar dollar AS. Dari total ekspor ini, nilai ekspor nonmigas triwulan I-2012 mencapai Rp 38,5 miliar dollar AS, naik 3,87 persen daripada ekspor nonmigas pada triwulan I-2011 sebesar 37,09 miliar dollar AS. Ekspor nonmigas ini, antara lain, karena ekspor bahan mentah, termasuk hasil mineral.

Dari struktur nilai ekspor triwulan I-2012, nilai ekspor produk industri mencapai 60 persen dari total nilai ekspor. Namun, nilai ini turun daripada triwulan I-2011 sebesar 62,48 persen. Sementara itu, ekspor produk tambang mencapai 16,82 persen, naik dibandingkan dengan triwulan I-2011 sebesar 16,46 persen.

Sejumlah program disiapkan pemerintah untuk menata sumber daya alam itu, terutama mineral. Salah satunya adalah peraturan Menteri Keuangan yang mengatur besaran bea keluar atas 14 jenis komoditas mineral. Peraturan itu diterbitkan pada Mei ini.

Ke-14 komoditas mineral tersebut adalah nikel, tembaga, emas, perak, timah, timbal, kromium, molibdenum, platinum, bauksit, bijih besi, pasir besi, mangan, dan antimonium.

Pemerintah juga mendorong peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian. Langkah ini untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Dampaknya adalah peningkatan nilai ekspor Indonesia.